Sabtu, 04 Januari 2014

13.59
KELOMPOK

Analisis proses interaksi
Menurut Robert Gales berangkat dari komunikasi kelompok kecil, hal tersebut untuk menjelaskan jenis pertukaran pesan dan kepribadian kelompok, dan itulah cara untuk mempengaruhi karakter anggotanya.

Sumber penelitian kelompok:
Dalam tradisi sibernetika, kelompok merupakan bagian dari sistem yang lebih besar dalam kekuatan interaksi.

Terdapat beberapa teori yang kembangkan gagasan ini:
Teori kelompok terpercaya
Dalam teori ini, perspektif suatu kelompok telah mewakili seluruh kelompok yang ada. Maksudnya adalah, bila ada tujuh kelompok dalam satu kelas dan satu diantaranya memilih A, maka menurut teori ini seluruh kelompok yang ada dalam satu kelas tersebut pasti turut memilih A.

Ada dua karakteristik:
1. Batasan yang ditembus
Maksudnya adalah dalam kelompok kita tidak bisa mengeluarkan ide secara utuh atau memiliki batasan, tapi batasan itu masih bisa dirundingkan.

2. Mereka selalu tergantung dengan lingkungan
Kelompok dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi dalam kelompok tersebut.

Model input proses output
Informasi dalam pengaruh datang kepada kelompok (proses input), lantas kelompok juga mengolah informasi yang di dapat untuk mempengaruhi orang lain (output).
Ilustrasi/fachrinews.blogspot.com

Tradisi sosiokultural
Dalam tradisi ini berkaitan dengan dua topik dasar, yaitu struktur kelompok dan tugas kelompok.
Sebab, sturktur yang ada di dalam kelompok akan mempengaruhi tugas dari masing-masing kedua topik ini sangat berkaitan dengan kedua teori di bawah ini:
1. Teori penyusunan
Teori ini adalah tindakan manusia adalah sebuah proses produksi dan reproduksi dalam berbagai sistem sosial.

Maksudnya adalah ketika berkomunikasi satu sama lain, kita menciptakan stuktur yang memberi jarak antara lembaga yang tinggi dengan individu yang kecil.

2. Teori pemikiran kelompok
Dalam teori ini menekankan pemikiran kritis, yakni suatu keadaan tertentu bisa membawa kepuasan terhadap kelompok. Namun, dengan hasil yang tidak efektif.

Pemikiran kelompok akan menghasilkan kepaduan (minat ganda). Adanya kepaduan dalam kelompok dapat menjadikan hal yang baik. Oleh karenanya dapat mempererat hubungan antar anggota.

Meski demikian, dampak buruknya, kelompok yang sangat padu akan menghambat pengambilan keputusan karena harus menjaga niat baik beberapa orang.

Tradisi kritis
Artinya, sebuah kritik kokoh di kelompok kecil yang berasal dari pemikir yang feminis. Sementara, feminis sendiri berfokus pada bagaimana bahasa berinteraksi denga identitas gender dengan membentuk hasil tertentu.

Para pemikir feminis menyarankan bahwa fokus pada tugas dalam kelompok terpusat pada seorang laki-laki, dan hal itu menjadi alasan pemberian tugas.

ORGANISASI

Teori Weber tentang birokrasi
Weber menyebutkan bahwa sebuah organisasi sebagai sistem kegiatan interpersonal yang punya maksud tertentu dan dirancang untuk melancarkan tugas-tugas individu. Hal itu hanya dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Otoritas (hadir bersamaan dengan kekuasaan)
Dalam organisasi, hal ini harus disahkan secara formal oleh organisasi.

2. Spesialisasi (adanya pengembangan gelar)
Dengan adanya sebuah spesialisasi dalam organisasi,  dapat menjadi deskripsi tugas bagi para anggota.

3. Aturan (mengatur organisasi)
Dalam sebuah organisasi aturan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sekaligus demi keutuhan sebuah organisasi.

Dengan demikian, model birokrasi, weber gambarkan sebagai sebuah pandangan mekanis atas bawah tentang bagaimana kelompok-kelompok besar mengkoordinasikan kegiatan mereka demi tercapainya tujuan kelompok tersebut.

Tradisi sibernetika 
Teori-teori sibernetika memandang susunan sebagai sesuatu yang muncul dari pola-pola interaksi dalam organisasi. Berikut ini teori yang mewakili tradisi sibernetika

Teori proses berorganisasi oleh Karl Weick:
Organisasi bukanlah susunan yang terbentuk oleh posisi dan peranan, tapi oleh aktivitas komunikasi. Dengan demikian, dalam teori ini komunikasi sangat penting dalam proses berorganisasi. Fungsi kegiatan berorganisasi untuk mengurangi ketidapastian informasi.

Teori orientasi Taylor tentang organisasi
Teori ini menjelaskan bahwa berorganisasi sebagai sebuah proses interkasi.
Gagasan Taylor menyebutkan kegiatan berorganisasi terjadi ketika 2 orang berinteraksi seputar fokus masalah tertentu, dan hal inilah yang disebut co-orientasi oleh Taylor.

Teori jaringan
Teori ini menuturkan bahwa jaringan merupakan susunan sosial yang diciptakan oleh komunikasi antar individu dan kelompok.
Teori jaringan punya gagasan dasar, yakni adanya pelaku komunikasi yang stabil antar individu.

Tradisi sosiokultural
Terdapat beberapa teori yang mewakili tradisi sosiokultural:
1. Teori strukturasi
Maksud teori ini adalah akibat dari yang tidak diharapkan dari tindakan menciptakan norma, aturan dan susunan sosial yang batasi tindakan. Dalam hal ini karena adanya susunan organisasi. Sebab, susunan dapat membatasi jenis interaksi dan kegiatan yang dapat dimasuki.

2. Teori kendali organisasi
Maksudnya adalah cara komunikasi untuk membentuk kendali. Terdapat 4 cara dalam kendali organisasi:
a) Kendali sederhana : memakai kekuasaan yang langsung dan terbuka
b) Kendali teknis : memakai alat-alat dan teknologi
c) Kendali birokrasi : prosedur organisasi dan aturan-aturan formal
d) Kendali konsetif : hubungan interpersonal & kerjasama tim sebagai kendali

3. Budaya organisasi
Merupakan sesuatu yang dihasilkan melalui interaksi sehari-hari dalam organisasi di semua jenis komunikasi dan tak hanya pertanyaan tentang sebuah tugas. Budaya komunikasi juga dipengaruhi oleh tradisi sosiokultural dalam komunikasi.

4. Tradisi kritis
Dalam organisasi tak hanya tempat netral untuk perbuatan makna, tapi dalam organisasi tersebut terdapat orang yang berlomba untuk mendapatkan dominasi.

GROUPTHINK

1. Apa itu Grupthink?
Grupthink bisa dikatakan dimana keadaan ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan atau opini publik yang sudah nyata buktinya.

2. Apa saja yang menyebabkan Grupthink itu terjadi?
Grupthink bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, seperti anggota-anggotanya memiliki latar belakang yang sama, tidak bisa menerima dari pendapat-pendapat luar, dan tidak mempunyai aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.

3. Dalam Grupthink membahas Kohesivitas, sejauh mana Kohesivitas itu mempengaruhi suatu kelompok?
Pada dasarnya, Groupthink adalah hasil langsung dari kohesivitas kelompok. Kohesivitas didefinisikan sebagai sebuah tingkatan dari ketertarikan antar sesama anggota dalam kelompok dan sejauh mana anggota kelompok merasa bahwa tujuan mereka dapat dipenuhi di dalam suatu kelompok tersebut.

Dalam hal ini tidak mempengaruhi kesamaan sikap, namun dari masing-masing anggota kelompok saling berkerja satu sama lainnya untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan.

4. Apa yang dihasilkan dari Kohesivitas?
Semakin tinggi tingkat kohesivitas dalam suatu kelompok, semakin tinggi pula kontribusi yang diberikan kepada setiap anggota. Kohesivitas dapat menjadi sesuatu yang positif karena membawa anggota kelompok dalam satu kesatuan dan meningkatkan hubungan antar pribadi menjadi lebih bersatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Tingginya tingkat kohesivitas pada suatu kelompok dapat memungkinkan anggotanya untuk memberikan semangat yang lebih banyak pada masing-masing anggota. Hal ini tentu dalam rangka menjaga keutuhan kelompok agar tidak retak ketika mereka membuat keputusan bersama.

Contohnya, ketika salah satu anggota membuat suatu perencanaan dalam kelompok, perlu didukung langkahnya dan memberikan solusi-solusi terbaik untuk menunjang tujuannya tersebut.

5. Faktor struktural mendorong terjadinya Groupthink, apa saja?
Beberapa hal yang mendorong terjadinya groupthink seperti karakteristik struktural yang spesifik, atau kesalahan. Faktor lainnya diantaranya isolasi kelompok, kurangnya kepemimpinan imparsial, kurangnya prosedur yang jelas dalam mengambil keputusan, dan homogenitas latar belakang anggota kelompok.

Isolasi kelompok
Dalam hal ini terletak pada keinginan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh pihak di luar kelompok. Padahal ada kemungkinan bahwa pihak di luar kelompok dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

Kurangnya kepemimpinan imparsial
Anggota kelompok yang dipimpin oleh orang yang memiliki minat pribadi yang tinggi terhadap hasil akhir tujuannya, biasanya pemimpin itu berpendapat bahwa opini lain akan merugikan rencana yang telah dibuatnya.

Kurangnya prosedur pengambilan keputusan
Setiap kelompok memiliki prosedur untuk mengambil keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pimpinan kelompok haruslah yang bijak dan tidak sepihak. Bila sebuah keputusan itu tidak melalui sebuah musyawarah atau suara yang dominan, maka dapat menimbulkan groupthink. Sedangkan dalam suatu kelompok, memperlukan suara-suara dari setiap anggota untuk memperkuat argumen atau keputusan yang akan diambil. Sebab setiap anggota punya hak untuk bersuara, sehingga dapat ditentukan apakah langkah yang diambil baik atau buruk.

6. Seperti apa tekanan internal dan eksternal yang dihadapi kelompok?
Setiap kelompok pasti ada kalanya mencapai titik kekhawatiran bila dalam suatu pekerjaan yang dilakukan belum menemukan hasil akhirnya. Tekanan yang dihadapi  dapat mendorong terjadinya groupthink.

Contohnya ketika kelompok Anda sedang melakukan sebuah proyek atau perkerjaan, namun anggota kelompok Anda tidak berperan aktif dalam mengerjakan pekerjaan itu. Dengan kata lain tidak ada kontribusi yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Hal ini bisa dikatakan sebagai faktor internal dan menuju grupthink.

Faktor eksternal bisa saja dipengaruhi dengan kurangnya bahan pendukung untuk menyelesaikan pekerjaan itu atau sulit ditemukan. Bila tidak ada usaha maka hal ini bisa mendorong ke arah groupthink.

7. Apa saja gejala-gejala yang ditemukan dalam Groupthink?
a) Penilaian Berlebihan terhadap Kelompok (keyakinan yang keliru, suatu kelompok lebih dari dirinya yang sebenarnya)
Ilusi Akan Ketidakrentanan (illusion of invulnerability)
Kelompok ini memiliki keyakinan bahwa mereka cukup istimewa atau hebat untuk mengatasi rintangan-rintangan. Kelompok ini percaya bahwa mereka tidak terkalahkan.
Keyakinan akan Moralitas yang Tertanam di dalam Kelompok
Kelompok ini memiliki keyakinan bahwa anggota-anggota kelompoknya bijaksana dan memiliki moral yang baik, sehingga keputusan yang mereka buat juga akan baik pula. Anggota kelompok ini membersihkan diri dari rasa malu atau bersalah, walaupun mereka tidak mengindahkan moral dari keputusan mereka.

b) Ketertutupan Pikiran / Closed-Mindedness (tidak mengindahkan pengaruh-pengaruh dari luar terhadap kelompok)
Stereotip Kelompok Luar (out group stereotypes)
Kelompok memiliki persepsi stereotip terhadap kelompok lawannya (musuhnya), yaitu menekankan bahwa kelompok lawan terlalu lemah atau terlalu bodoh untuk membalas taktik mereka yang ofensif.
Rasionalisasi Kolektif (collective rationalization)
Situasi dimana kelompok tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang dapat mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali pemikiran mereka sebelum mereka mencapai keputusan akhir.

c) Tekanan untuk Mencapai Keseragaman / Pressures Toward Uniformity (terjadi ketika para anggota kelompok berusaha untuk menjaga hubungan baik antar anggota)
Sensor Diri (self-censorship)
Kecenderungan para anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka dan argumen-argumen yang menentang terhadap pemikiran mereka. Membungkam pemikiran-pemikiran pribadi yang menentang pemikiran kelompok dan menggunakan retorika kelompok dapat memperkuat keputusan-keputusan kelompok.
Ilusi akan Adanya Kebulatan Suara (illusion of unanimity)
Menganggap kalau diam itu artinya setuju. Karna biasanya dalam groupthink anggota mengikuti pemimpin, sehingga keputusan pemimpin adalah keputusan kelompok, sehingga jika ada anggota yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan pemimpin, anggota lebih memilih diam, maka disinilah dianggap bahwa tidak ada keberatan, dan dianggap bahwa ada kebulatan suara kelompok.
Self-Appointed Mindguards
Anggota-anggota kelompok melindungi kelompok dari informasi yang tidak mendukung kelompoknya. Para anggota tersebut melakukan mindguard, yaitu seperti menyaring aliran informasi yang bertolak belakang terhadap kelompoknya. Para mindguards yakin bahwa mereka bertindak demi kepentingan kelompok mereka.
Tekanan Terhadap Para Penentang (pressures on dissenters)
Tekanan atau pengaruh langsung terhadap anggota-anggota kelompok yang menyumbangkan opini, pendapat, pandangan, atau komitmen yang berlawanan terhadap opini mayoritas kelompoknya.

8. Bagaimana cara mencegah Groupthink?
Menurut ‘t Hart ada 4 cara untuk mencegah Grupthink, diantaranya pengawasan, bila ada kecurangan wajib dilaporkan, menerima bila ada keberatan dari anggota kelompok, dan menyeimbangkan suara.

Saya menambahkan cara pencegahan gruopthink sebagai berikut:
a) Mendesak tiap individu/anggota kelompok untuk bersuara atau mengeluarkan pendapat mereka masing-masing, dan menghargai pendapat individu tersebut walaupun mereka memiliki pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok yang lainnya.

b) Mengevaluasi kembali kebijakan yang akan dibuat, dengan cara menanyakan kembali kepada anggota kelompok, sebelum diambilnya keputusan akhir.

BUDAYA ORGANISASI

1. Apa itu Budaya Organisasi?
Yang dimaksud budaya organisasi bukan pengertian budaya pada umumnya. Pada dasarnya budaya organisasi meliputi semangat, sikap, produktivitas, tindakan, percakapan, dalam sebuah organisasi atau manajemen. Selain itu atmosfer emosional dan psikologis yang ada dalam organisasi juga mencakup dalam budaya organisasi itu sendiri.

2. Mengapa dalam organisasi bisa dianalogikan sebagai jaring laba-laba?
Sebab dalam sebuah organisasi terdapat unsur budaya yang berbeda-beda. Jaring laba-laba itu digambarkan sebagai sebuah dinamika yang rumit dan berbeda karena setiap pemikiran seseorang tidaklah sama. Hal ini menjadi unik dan ada di setiap organisasi. Namun, setiap perbedaan itu patut dihargai dan tidak sebagai penghalang keutuhan organisasi.

3. Seberapa efektif  penggunaan simbol dalam budaya organisasi?
Simbol-simbol yang dimaksud mencakup komunikasi verbal dan non verbal di dalam organisasi. Simbol-simbol ini mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna. Sejauh mana simbol-simbol ini efektif bergantung tidak hanya pada media tetapi bagaimana sesorang mempraktikannya.

Dengan demikian, penggunaan dan interpretasi simbol dalam budaya organisasi memerlukan sikap dan tindakan seseorang yang berperan aktif untuk terciptanya efektivitas simbol itu. Contohnya, ketika sebuah organisasi mengangkat tema kegembiraan dan keceriaan dalam programnya, maka anggotanya pun haruslah ikut tersenyum bukan cemberut.

4. Perilaku manusia dapat di kategorikan dalam sebuah simbol perilaku. Apa saja?
a) Performa ritual
Ritual personal: semua hal yang di lakukan secara rutin di tempat kerja.
Contoh: mengecek e-mail yang di lakukan rutih setiap harinya.
Ritual tugas: prilaku rutin yang di kaitkan dengan pekerjaan seseorang. Ritual tugas membantu menyelesaikan pekerjaan.
Contoh: seorang karyawan di yang bekerja sebagai kasir setiap harinya harus menerima dan mencatat semua pembayaran,
Ritual sosial: rutinitas verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain.
Contoh: Seorang siswa yang setiap hari sengaja datang lebih awal untuk bertemu dengan teman-temannya untuk bercerita bersama dan kemudian di teruskan kembali pada waktu istirahat.
Ritual organisasi: kegiatan perusahaan yang sering di lakukan seperti rapat divisi, rapat fakultas, bahkan piknik perusahaan.

b) Performa Hasrat
Kisah-kisah organisasi yang sering kali di ceritakan secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang lain. Contohnya yaitu seorang karyawan yang selalu menceritakan tentang atasannya kepada semua temannya secara terus menerus bahkan selama beberapa tahun.

c) Performa Sosial
Merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerjasama di antara anggota organisasi. Contohnya adalah dengan hal kecil berupa senyuman atau hanya sekedar sapaan yang di lakukan seluruh anggota menjadikannya sebagai budaya dalam sebuah organisasi.

d) Performa Politis
Perilaku organisasi yang mendemonstrasikan kekuasaan atau kontrol. Kebanyakan organisasi bersifat hierarkis yaitu harus ada seseorang yang menjadi penguasa untuk mencapai segala sesuatu dan memiliki cukup kontrol untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada. Ketika sebuah organisasi terlibat dalam performa politis, mereka mengkomunikasikan keinginan untuk mempengaruhi orang lain, namun hal ini tidak selalu berdampak buruk.

e) Performa Enkulturasi
Merujuk pada bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontribusi. Performa ini dapat merupakan sesuatu yang bersifat hati-hati maupun berani. Performa ini mendemonstrasikan kompetensi seorang anggota dalam sebuah organisasi.

INFORMASI ORGANISASI

1. Apa yang dimaksud teori informasi organisasi?
Menjelaskan bagaimana organisasi membuat informasi yang masuk akal dari pemikiran yang membingungkan atau ambigu.

2. Mengapa dalam organisasi harus meminimalisir ambiguitas?
Bila dalam organisasi masih terdapat ambiguitas dapat mempengaruhi sistem komunikasi antar anggota. Informasi yang disampaikan bisa saja tidak dapat dimengerti bahkan bisa tidak sampai pesan yang telah dimaksudkan. Pesan itu bisa dikatakan ketidakjelasan. Untuk itu setiap anggota dalam organisasi harus saling bekerja sama untuk memuat informasi yang diterima dapat dipahami. Hal ini juga mencegah kesalahpahaman.

3. Hal apa yang perlu dilakukan agar ambiguitas itu tidak terjadi?
Dalam hal ini dapat mengacu pada 3 prinsip ketika mengahadapi ketidakjelasan. Pertama sebuah organisasi harus menganalisis hubungan antara ketidakjelasan informasi, adanya aturan yang dimiliki untuk menghilangkan ketidakjelasan tersebut, dan membuat siklus komunikasi yang harus digunakan.

4. Cara apa yang dilakukan untuk mengurangi ketidakjelasan?
Enactment
Enactment merujuk pada bagaimana informasi akan diterima dan diinterpresatasikan oleh organisasi. Pada tahapan ini, organisasi harus menganalisis input-input yang diterimanya untuk menentukan jumlah ketidakjelasan yang ada dan untuk memberikan makna pada informasi. Aturan-aturan yang akan dapat dilihat kembali dalam pengambilan keputusan mengenai bagaimana organisasi akan mengatasi ambiguitas itu.

Seleksi
Setelah organisasi menggunakan berbagai aturan dan siklus untuk menginterprestasikan input baru dalam lingkungan informasinya, organisasi ini harusmenganalisis apa yang ia ketahui dan memilih metode terbaik untuk mendapatkan informasi tambahan dalam mengurangi ketidakjelasan. Tahapan ini disebut seleksi atau “pemahaman retrospektif”. Dalam tahapanini, kelompok diharuskan untuk membuat keputusan mengenai aturan dan siklus yang akan digunakan.

Retengensi
Setelah organisasi mengkaji ulang kemampuannya untuk menghadapi ambiguitas, organisasi akan menganalisis efektifitas dari aturan dan siklus komunikasi dan terlibat dalam retensi. Dalam tahapan retensi, organisasi menyimpan informasi untuk digunakan kemudian. Tahapan ini mengharuskan organisasi untuk melihat apa yang harus diatasi atau apa yang harus diabaikan atau ditinggalkan. Jika aturan atau siklus tertentu berguna dalam mengurangi ketidakjelasan, sangat mungkin bahwa aturan atau siklus tersebut akan digunakan untuk mengarahkan organisasi itu dalam keputusab di masa dating mengenai permasalahan serupa.

FACHRINEWS © 2014
Tulisan ini disusun sebagai tugas Resume Kelompok, Organisasi, Groupthink, Budaya dan Informasi Organisasi, mata kuliah Teori Komunikasi - Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta
Dosen: Dra. Cholifah, M.Si

0 komentar:

Posting Komentar