Rabu, 22 Mei 2013

20.07
Latar Belakang Penyiar TV
Di Indonesia, keberadaan penyiar berita TV dipelopori oleh stasiun televisi milik pemerintah, TVRI, selama puluhan tahun, dan program berita yang paling menonjol adalah Dunia Dalam Berita. Di era tahun 80-an, program berita ini menpunyai banyak peminat karena berbagai informasi berita melalui audiovisual hanya bisa kita dapatkan dari program acara ini.

Diakhir tahun 80-an, muncul stasiun televisi RCTI dengan program berita Seputar Jakarta (sekarang Seputar Indonesia). Program berita ini pernah menguasai pangsa iklan tayang di TV. Dan, saat ini semua stasiun TV merasa harus memiliki program berita, kalau tidak tentulah ada yang terasa kurang dalam menyajikan hiburan pada masyarakat. Maka, saat ini kita pun melihat betapa banyak acara televisi di Indonesia yang menyodorkan sajian berita. Bahkan sekarang, telah hadir stasiun televisi Metro TV yang memiliki konsep sebagai stasiun televisi khusus berita. Ini membuktikan bahwa mereka akan selalu membutuhkan tenaga-tenaga andal untuk mengisi posisi sebagai penyiar berita.

Melihat kondisi seperti itu, kamu makin tertarik kan menjadi penyiar berita? Kalau kamu tegas, cerdas, berani, dan menguasai bahasa dengan baik, kamu pasti bisa. Meski tidak punya pengalaman sebagai penyiar radio dan belum punya sertifikat pelatihan broadcasting, jangan takut, peluang untuk menjadi penyiar berita TV tetap ada. Bahkan, SCTV secara kontinu telah menggelar kegiatan “Menuju Liputan Enam”, yang tujuannya untuk menjaring calon-calon yang berpotensi menjadi penyiar berita sebelum diambil stasiun televisi lain. Nantinya, para calon ini akan diberikan pelatihan dan penggodokan agar dapat menjadi penyiar berita andal seperti yang mereka harapkan.

Yang penting bagi setiap  stasiun TV adalah kita dapat membuktikan kemapuan diri pada saat menjalani screen test, simulasi reportase, wawancara di lapangan, dialog di studio, serta menyampaikan berita dari materi yang muncul di telepromter dengan baik. Dan, bagi diri kita sendiri yang penting adalah percaya diri , latihan mengatasi kegugupan di depan kamera, serta terus berlatih. Karena kebanyakan penyiar berita juga diminta untuk menjadi reporter, tentunya modal yang harus dipunyai adalah mental kuat untuk mencari berita di lapangan. Selain itu, kemampuan untuk menulis berita dengan baik, dan yang lebih penting, tahan banting karena jam kerjanya yang 24 jam.

Latar belakang pendidikan terutama jurnalistik memang sangat membantu kalu ingin menjadi penyiar berita. Seperti Tengku Fiola , penyiar berita ANTV, yang merupakan lulusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Dengan kemampuan junalistik yang dimilikinya, dia merasa beruntung kecebur sebagai penyiar berita karena tidak perlu waktu lama baginya untuk beradaptasi dengan dunia ini, meski sesungguhnya menjadi penyiar berita bukanlah cita-citanya.

Menurut Tengku Fiola yang akrab dipanggil dengan sapaan Ola, pada awalnya dia hanya iseng menjadi MC atau pembawa acara di sebuah seminar. Lama-kelamaan, ia menjadi tertarik dengan dunia kepenyiaran. Lantas, ketika ANTV membuka lowongan menjadi penyiar berita, Ola ikut mendaftar. Padahal sebenarnya dia bukan orang yang suka tampil di depan publik, Ola lebih senang menjadi peneliti atau orang yang berada di belakang layar. Namun, iseng-iseng dia mencoba. Alhasil, setelah melalui beberapa tahapan seleksi, Ola pun dinyatakan lulus.

Penyiar Berita Adalah Reporter
Menurut Sandrina Malakiano (mantan penyiar berita Metro TV),  seorang penyiar berita yang baik memang seharusnya dibekali pendidikan jurnalistik yang memadai. “Karena kalau dia hanya menyiarkan berita, tanpa ada pengalaman sebagai reporter, maka ia akan menjadi seorang penyiar berita yang tidak berkualitas.”
Jadi, untuk menjadi penyiar berita harus dimulai dari seorang reporter. “Reporter yang andal bisa menjadi presenter yang andal, presenter yang andal bisa menjadi anchor (penyiar berita) yang andal. Maka dari itu, semua dasarnya adalah reporting, yakni pengalaman dilapangan untuk mencari berita. Dari sanalah tuntutannya dimulai, yaitu mencari informasi dan tahu seperti apa kondisi di lapangan, bukan mendengar sana-sini.” jelas Sandrina.

Informasi yang didapat itu kemudian ditulis beritanya. Setelah berita ditulis, dilakukan pengeditan. Setelah proses pengeditan, penyiar berita pun harus terlibat ke dalam proses produksi, karena ia harus tahu apakah berita yang ditulis sudah sesuai dengan gambar yang akan ditayangkan. Makanya, ia harus bekerja sama dengan baik bersama juru kamera, karena tanpa gambar, berita tak dapat disiarkan. Reporter dan juru kamera pun harus saling mengisi.

Saat gambar dan tulisan sudah selesai, dan lolos dari pengeditan editor dan produser, jadilah sebuah paket infomasi yang layak ditampilkan. Jadi, pekerjaan seorang penyiar berita dimulai dari proses mencari, menulis, mengedit, dan memproduksi. Dengan begitu, ia benar-benar memahami berita tersebut. Namun kenyataannya, tidak semua berita yang akan disiarkan berasal dari penyiar berita itu sendiri. Kalaupun berita itu berasal dari reporter lain, seorang penyiar berita harus melihat naskahnya terlebih dahulu, mengeditnya, dan mengikuti proses produksinya sebelum siaran. Itu untuk memudahkannya dalam membaca berita tersebut.

Oleh karena itu, pekerjaan seorang penyiar berita tidaklah mudah. Tidak hanya sekedar datang, duduk, terima naskah, dan membacakannya, melainkan ikut andil dalam proses pengeditan dan produksinya. Jadi, jenjangnya dimulai dari reporter terlebih dahulu, baru kemudian penyiar berita. Dan, untuk menjadi seorang penyiar berita, syaratnya dilihat dari prestasi dan jam terbang, bukan dari ijazah.

Menyajikan sebuah berita kepada pemirsa di layar televisi memerlukan banyak hal. Tidak hanya beritanya saja yang perlu menarik dan up-to-date, tapi penyampaian beritanya pun juga harus menarik.  Dalam hal ini, yang dibutuhkan yag dibutuhkan tak cuma keterampilan seorang reporter yang ahli dalam menggali sebuah berita, tetapi juga kemampuan seorang penyiar berita dalam menyampaikan berita itu. Harus dipahami bahwa penyiar berita adalah ujung tombak dari sebuah berita.

Yang Perlu Dikerjakan Sebagai Penyiar Berita
Adapun Standard Operation Procedure (SOP) atau standar prosedur pengoperasian yang harus dilakukan penyiar berita adalah sebagai berikut:
Melakukan Persiapan
  1. Seorang penyiar berita harus sudah berada di ruang pemberitaan minimal satu setengah jam sebelum siaran dimulai. Dia harus sudah siap dengan materi siaran yang akan dibacakan dan tidak diperkenankan meninggalkan tempat tersebut hingga siaran berita usai.
  2. Kemudian, di-makeup, rambut ditata dengan baik, dan mengenakan busana yang rapi sesuai tuntutan acara.
  3. Mempelajari urutan berita dan mengetahui lead (teras berita) utnuk siaran saat ini.
  4. Memahami dengan benar, kata atau kalimat mana yang mendapat tekanan. Juga memahami istilah asing yang akan dibacakan dengan benar. Jika ada hal yang meragukan, lebih baik bertanya pada produser atau orang penting yang terlibat dalam bidang pemberitaan tersebut. Tujuannya agar saat membacakan berita mampu meyakinkan pemirsa bahwa seolah-olah dia pun berada di lokasi peristiwa itu.
  5. Melakukan pengecekan kembali terhadap isi naskah berita, apakah ada yang kurang, ada yang perlu ditambahkan, dan sebagainya.
  6. Jika menemui kekurangan atau keraguan, segera konsultasikan dengan produser. Diskusikan berbagai keraguan atau kejanggalan itu. Jika ada yang meragukan atau ingin mengganti dengan kalimat yang lebih pas dan enak dibaca, inilah saat yang tepat.
  7. Melakukan pengecekan kembali terhadap isi kalimat yang akan di-telepromter (layar baca yang diletakkan di depan lensa kamera. Dengan alat ini, penyiar cukup membaca apa yang sudah tertera di layar telepromter tersebut). Usahakan tidak ada yang salah.
  8.  Ada baiknya melakukan latihan membaca berita sebelum bertugas.
Saat Berada Di Studio
  1. Seorang penyiar berita harus sudah berada di studio, setidaknya 15 menit sebelum siaran berlangsung.
  2. Naskah yang akan dibaca harus diteliti kembali apakah sudah sesuai dengan urutan atau belum.
  3. Memeriksa kembali isi kalimat di telepromter apakah sudah sesuai dengan yang akan dibaca, serta sesuai dengan kecepatan dan kemampuan kita.
  4. Periksa kembali apakah mikrofon siap untuk digunakan, dan apakah posisinya sudah tepat, baik itu jenis yang diletakan di meja (desk stand) atau dijepit di baju (clip-on/tie-tac).
  5. Pastikan kembali bahwa posisi duduk atau berdiri kita sudah tepat.
  6. Perhatikan kembali monitor TV dan pengarah lapangan (floor director) yang akan memberi tanda kapan seorang penyiar berita harus mulai berbicara.
  7. Pastikan kembali apakah head-set yang digunakan berfungsi dengan baik.
Seorang penyiar yang baik harus menjalani prosedur ini setiap kali akan menjalankan tugasnya, tak peduli penyiar berita senior atau yunior. Pengalaman membuktikan bahwa seorang penyiar berita yang datang ke studio beberapa menit sebelum siaran, akan mengganggu kerja tim. Harus disadari bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah kerja tim, bukan kerja sendiri. Keberadaan seorang penyiar di studio lebih awal tak berbeda dengan kru lainnya, seperti pengarah acara, produser, juru kamera, dan lainnya.

Jadi, disiplin waktu harus dilakukan oleh seorang penyiar sebagai tuntutan profesionalisme. Pokoknya, jangan sampai bikin deg-degan semua kru di studio, jika saat itu akan membawakan sebuah berita. Selain disiplin waktu, buatlah semua kru yakin bahwa kita akan membawakan berita dengan baik dan benar.

Sumber: G. Dennis Fitryan, 2008, Bekerja Sebagai News Presenter, Jakarta: Erlangga.

0 komentar:

Posting Komentar